Senin, 19 Desember 2011

Ringkasan Novel Anaya Si Anak Tunggal

                                               
                           ANAYA SI ANAK TUNGGAL 

    Aku Anaya, anak satu-satunya dari Nyonya Blety dan Tuan Dodi.
     Suatu ketika malam hari, aku bermimpi buruk terhadap Nyonya Blety dan Tuan Dodi yang membuat hatiku gusar. Semenjak itu aku mulai ragu akan keberangkatanku ke Kanada minggu depan. Tapi mereka terus saja memaksaku untuk pergi. Bukan karena mereka membenciku, tapi menyayangiku, katanya.
     Entahlah, aku pun bingung jalan mana yang harus kutempuh, tapi kuyakinkan dihatiku, mimpi itu tak selalu menjadi kenyataan dan jika rasa takut terus saja menghantuiku "masa bodo, lah! itu kan hanya mythos."
     Tak terasa waktu begitu cepat berlalu. Aku pun harus segera pergi ke Kanada untuk melanjutkan studyku. Nyonya Blety dan Tuan Dodi yang tak lain adalah orang tua kandungku sendiri turut mengantarkanku ke bandara untuk menyaksikan keberangkatanku dengan senyuman indah yang ia peruntukkan  khusus untuk putri sematawayangnya, aku. Dan seperti biasanya, titipan nasehat dan pesan yang selalu terdengar di telingaku melalui ucapannya yang lembut yang terkadang, malah sering jika kufikir kembali kuabaikan nasehat itu.
     "Jagalah dirimu, Nak!. Ingat pesan Ibu. Dan kau harus berjanji, jangan kau pulang sebelum kau selesaikan kuliah s1mu, sesulit apapun alasanmu", kata Ibuku Nyonya Blety. Aku yang bingung bertanya, "Kenapa, Bu? jika aku rindu pada Ibu, masa' aku harus diam." "Tenanglah Anakku, walaupun Ibu dan Ayahmu ini telah tiada, kau tak perlu tangisi kepergian kami. Rindukanlah kami dengan do'a terindah dishalatmu dan disepanjang hidupmu. Dengan begitu kau akan merasa tenang, Anakku", kata Ibu dengan sikapnya yang tenang.
     "Benar, yang dikatakan Ibumu barusan. Kami hanya inginkan kemandirianmu dan kepatuhanmu kepada orang tuamu", kata Ayahku menyambung pembicaraan Ibu.
     Ternyata, itulah pesan dan senyuman terakhir mereka. Aku tak menyangka mereka telah tiada. Aku tak dengar kabar apapun disana saat mereka meninggal. Apa penyebabnya, kapan, dan dimana kejadiannya?
     Setelah aku ingat-ingat nasehat dan pesannya, aku pun mulai merasa tenang, aku tak ingin mengecewakannya.
     Belumlah usai s1 kuliahku, tapi mereka telah tiada. Aku dengar kabar pun saat aku kembali ke kampung halaman. Sejenak aku lupakan pesan dan nasehat mereka untukku dengan tangis dan lamunan. Setelah ku bertanya "Dimana orang tuaku, kenapa rumahku sepi...................?
     "Nyonya Blety dan Tuan Dodi telah tiada. Mereka meninggal tanpa sakit, meninggal mendadak dengan wajah yang tersenyum", kata salah seorang tetanggaku.
     Entahlah apa kuasa Tuhan, padahal sudah kuniatkan dihatiku, ingin kurawat mereka jika mereka masih hidup dan akan kujalankan 4m untuk jenazahnya bila aku sudah kembali ke kampung halaman bersama mereka.
     Aku pun teringat, disaat aku katakan ah padanya dan kupanggil dia dengan sebutan Nyonya dan Tuan, terkadang saat kuperlakukan mereka seperti itu mereka tersenyum, tetapi terkadang wajah mereka  terlihat begitu sedih.
    Dan aku pun patah semangat, untuk apa aku hidup sebatang kara, tanpa Ayah ataupun Ibu. "Ibu, Ayah, kembali! ini aku Anakmu. Aku sayang sama kalian, aku rindu, dan aku janji aku akan minta maaf dan tidak akan mengulangi kesalahan itu lagi. Aku akan panggil kalian, Ayah.... Ibu!"
     "Sungguh, aku tak berniat menyakitimu, aku hanya bercanda kok...!"
     Ingin rasanya aku tusuk-tusuk tubuh ini agar aku bisa bertemu mereka. Tapi aku sadar, itu bukanlah jalan keluar, tapi jalan pintas yang menyesatkan, fikirku lagi mulai menyemangatkan hatiku yang kosong akan rindu yang tak terbalas.
     Aku tenang redakan tangis sedihku dan aku pun berziarah ke makam mereka seorang diri, yang biasa ditemani, kini tidak. Tapi rasanya masih saja tak puas, aku ingin gali kuburnya dan aku ambil mayatnya lalu aku awetkan. Tapi apa aku Tuhan?, aku rasa bukan. Jadi, aku tak perlu lakukan ini. Aku pulang dan dianggap gila oleh seseorang yang menyaksikan kegilaanku di makam barusan.
     Aku menulis sebuah puisi  yang aku fikir bisa menjadi pereda luapan emosiku sekaligus untuk mengenang ceritaku bersama dengannya dulu.
                                    
                                    KINI IA TERBALUT KAFAN PUTIH

Kayu rontok, ayam pun berlalu, kuda jongkok, aku pun menangis
Hidup pilu, aku sendiri, lara hati, dibalut kafan putih
Di dalam tanah, kini teduhnya, rindu terbawa, masih terasa
     Tangisku tersedu-sedu, dihambat hati akan 'tak'
     Tak tertahan rasa sendu ini, aku pun kembali keluarkan tangis
  Lembut kasihmu, yang tak bisa terlupa, terus bayang-bayangi aku
        Ini mimpi tapi bukan, ini senang namun tidak
    Hujan turun bersama kenangan, kenangan lalu yang terlalu amat kurindu
    Terbawa kini, sampai detik ini, masih ada namamu dihatiku
    di hati ini, sanubari jiwaku
kekhilafanku yang kau balas dengan senyuman
membuatku sadar, akulah manusia terbodoh
telah menyiakan manusia terindah di kehidupan
yang jelas-jelas amat menyayangiku
       Tuluslah ini maaf dariku, Tuhanku
                   Berharap kau terima
            karena do'a terindah ini
                dari aku hambaMu

     Setelah rasa amarah dan sedihku hilang sesaat disejukkan oleh para sahabatku. Aku pun kembali ke Kanada dengan pamit dan ucapan terima kasih untuknya, penolongku, siapa pun itu. 

PESANKU........
"Janganlah sekalipun kau katakan ah pada Ayah Ibumu dan panggil ia dengan panggilan yang bahagia 'Ayah, Ibu'."
"Perpisahan bukanlah akhir dari segalanya dan sebatang kara bukanlah milik manusia."
"Teruslah semangatkan diri dan hatimu, saat kau terjatuh dan mulai terbelenggu."

SEKIAN.......
Inilah ringkasan ceritanya. Aku harap teman-teman suka dan cerita karanganku ini dapat diterima oleh dunia untuk dimasukkan ke dalam daftar novel terbaik. Amin..............
Terima Kasih. 

Sabtu, 17 Desember 2011

Selamat datang ucapan awal saya dari blog ini...............

Ass.   
Melalui blog ini Uly ingin berbagi inspirasi bagi teman-teman semua, baik itu tentang pengalaman hidup diri sendiri, orang lain yang berbentuk novel, cerpen, puisi, pantun dan lain sebagainya. Selain inspirasi saya juga ingin berbagi tentang ilmu pengetahuan kepada teman-teman semua.

Melalui blog ini Uly juga bermaksud ingin menjadikan karya-karya Uly nantinya menjadi karya yang dapat diakui, disenangi, disetujui oleh dunia.

Uly juga manusia yang tak luput dari kesalahan. Apabila ada kesalahan dari blog ini, insya Allah Uly berkenan untuk diberi komentar selagi masih dalam batas kewajaran.

wassalam